Comments

Wednesday, 17 January 2018

Muhamad Bagas Satriajaya
Indonesia merupakan negara agraris dan sebagian besar penduduknya bergantung pada beras sebagai makan pokok mereka. Dengan demikian, tidak bisa dipungkiri bahwa permintaan beras di masyarakat akan sangat tinggi, tetapi pada kenyataannya hasil panen padi di Indonesia masih belum mampu mencukupi kebutuhan beras masyarakat. Indonesia yang notabene disebut sebagai negara agraris masih harus mengimpor beras dari negara lain yang pastinya merupakan ironi yang harus segera ditanggapi.

Gambar Padi Sawah
Ketidakmampuan Indonesia untuk memenuhi permintaan beras di Indonesia mungkin disebabkan oleh pengetahuan mengenai cara budidaya padi sawah yang masih minim di tingkat petani. Bertanam padi boleh jadi merupakan kegiatan turun-temurun yang sudah dilakukan sejak nenek moyang, tetapi dengan kemajuan teknologi dan ilmu pengetahuan, petani seharusnya bisa menerapkan sistem tanam yang lebih efisien and produktif sehingga kebutuhan pangan akan tercukupi dari produksi dalam negeri dan kesejahteraan petani pun akan semakin meningkat.
Petani tidak boleh berhenti belajar mengenai teknik budidaya padi sawah paling mutakhir yang dimulai dari pemahaman mengenai syarat tumbuh dan pelaksanaan teknis bidudaya padi sawah itu sendiri.

Syarat Tumbuh

Agar tumbuh dengan baik, tanaman padi memerlukan curah hujan yang tinggi kurang lebih 1500-2000 milimeter per tahun dengan ketinggian antara 0-1500 meter di atas permukaan laut dengan suhu optimal 23 derajat Celcius. Padi akan tumbuh optimal dengan paparan sinar matahari langsung tanpa terhalang oleh apa pun termasuk pohon rindang. Ketersediaan air dalam bercocok tanam padi sawah sangat mutlak meskipun padi sebenarnya bisa ditanam di segala musim. Tanah yang cocok untuk menanam padi adalah tanah yang mengandung lempung, pasir, dan debu.

Pelaksanaan Teknis Budidaya

Pelaksanaan teknik menanam padi sawah sebaiknya dimulai dengan pengukuran kadar keasaman tanah sehingga tanah bisa diberi tambahan kapur jika tanah tersebut terlalu asam. Untuk mengukur kadar keasaman tanah yang sesuai untuk tanaman padi, Anda bisa menggunakan cairan pH tester, pH meter, maupun kertas lakmus. Pengukuran hanya dilakukan pada titik sampel tertentu yang diambil secara zigzag.

Pembibitan

Bibit merupakan salah satu hal penting dalam bertanam padi yang harus disiapkan dengan baik. Persemaian perlu dibuat dengan baik karena persemaian ini akan menentukan kualitas padi yang nantinya akan ditanam di sawah. Untuk pembibitan dengan hasil yang mendekati sempurna, petani perlu memilih bibit unggul sejumlah 25-30 kilogram per hektar sawah yang akan ditanami. Lokasi persemaian haruslah di tanah yang subur degan paparan sinar matahari penuh. Bedengan dibuat dengan ukuran 1 x 4 meter dengan ketinggian 20-30 sentimeter.

Tips Perlindungan Hama dan Pemupukan

Perlu diingat bahwa jika lahan yang akan ditanami padi mempunyai luas satu hektar, ada empat bedengan persemaian yang perlu disiapkan. Sebagai tips untuk melindungi bibit padi muda dari serangan tikus, ada baiknya petani memasan pagar plastik di sekeliling bedengan. Petani tidak boleh lupa untuk memberi pupuk NPK perbandingan 15-15-15 sebanyak satu kilogram untuk empat bedengan. Sebelum siap ditebar, benih harus direndam terlebih dahulu selama satu malam.

Penanaman Bibit

Bibit baru siap ditanam setelah berusia 18 hari dan sebelum ditanam di sawah, bibit tersebut perlu dicabut dari bedengan persemaian dan direndam dalam larutan insektisida yang mempunyai kandungan bahan aktif karbofuran sebanyak 1 gram dalam setiap liter air selama dua jam. Berbeda dengan cara menanam kebanyakan, daun bibit sebaiknya tidak dipangkas dan dibiarkan utuh. Lahan sawah saat proses penanaman bibit tidak perlu tergenang air.

Sistem Tanam

Pilihan cara tanam bibit padi sawah yang baik adalah dengan menanamkan satu tanaman per titik tanam atau dengan sistem jajar legowo 2-1 dengan mempertahankan jarak tanam sekitar 15 x 25 sentimeter dengan lebar barisan legowo kurang lebih 50 sentimeter. Sistem tanam semacam ini memberikan keuntungan karena pengaturan air didukung dengan ruang yang cukup dan cahaya matahari lebih optimal menembus sela tanaman. Selain itu, sistem tanam ini juga dapat mengoptimalisasi pengendalian hama dan pemupukan

Pemeliharaan Tanaman

Setiap bibit yang ditanam di lahan belum tentu mempunyai pertumbuhan yang seragam sehingga ada kalanya petani perlu melakukan penyulaman tanaman yang bisa dilakukan hingga tanaman padi berumur dua minggu. Selain itu, sanitasi lahan perlu diperhatikan dengan melakukan penyiangan gulma sebanyak dua atau tida kali sesuai dengan tingkat pertumbuhan gulma. Pengairan perlu dijaga berada pada titik satu sentimeter dan harus terus dilakukan hingga menjelang panen.

Pemupukan

Pemupukan tentu sangat perlu dilakukan untuk mendapatkan hasil panen padi yang maksimal. Pemupukan dimuali saat padi berumur tujuh hari setelah tanam dengan 150 kg/ha NPK 15-15-15 dan 50 kg/ha urea. Saat padi berusia 20 hari setelah tanam, pemupukan dilakukan dengan jenis dan jumlah yang sama. Ketika padi berumur 35 hari setelah tanam, pemupukan hanya dilakukan dengan memberi 250 kg/ha pupuk NPK 15-15-15.

Pemupukan Daun

Pada umur 14 hari setelah tanam, padi perlu dipupuk dengan 2 gram/liter pupuk daun dengan kandungan Nitrogen yang tinggi sementara pada umur 30 hari setelah tanam, 2 gram/liter pupuk daun dengan kandungan fosfat dan kalium tinggi diberikan dan baru pada umur 45 hari setelah tanam 4 gram/ liter pupuk MKP digunakan.
Read More

Tuesday, 16 January 2018

Muhamad Bagas Satriajaya

Teknik Budidaya Jagung


I. PENDAHULUAN 

Produksi palawija khususnya jagung,menunjukkan peningkatan peningkatan dari tahun ke tahun. Pertambahan jumlah penduduk dan program perbaikan gizi masyarakat melalui deversifikasi pola makanan, mendorong permintaan jagung. Selain komoditi jagung sebagai bahan baku industri dalam negeri semakin meningkat dengan banyaknya industri makanan ternak, industri minyak jagung dan produk ethanol, dimana varietas jagung hibrida mempunyai kelebihan dari jagung komposit yaitu produksinya 25-30% lebih tinggi, tahan rebah,penyakit dan kekeringan serta berumur pendek.


Selain itu tanaman jagung banyak sekali gunanya,sebab hampir seluruh bagian tanaman dapat dimanfaatkan untuk berbagai macam keperluan antara lain batang dan daun muda untuk pakan ternak, batang dan daun tua setelah panen untuk pupuk hijau dan kompos, batang dan daun kering untuk kayu bakar, batang jagung untuk lanjar(turus), batang jagung untuk pulp (bahan kertas), buah jagung muda untuk sayuran,bergedel, bakwan,sambal goreng, biji jagung tua sebagai pengganti nasi,marning, brondong, roti jagung, tepung, bihun,bahan campuran kopi bubuk, biskuit,pakan ternak, bahan baku industri bir, industri farmasi, dextrin, perekat, industri tekstil. 

II. SYARAT PERTUMBUHAN 

1. IKLIM 

1. Iklim yang kehendaki oleh sebagian besar tanaman adalah daerah-daerah beriklim sedang hingga daerah beriklim sub-tropis/tropis yang basah, jagung dapat tumbuh didaerah yang terletak antara 0-5 derajat LU hingga 0-40 derajat LS. 

2. Pada lahan yang tidak beririgasi, pertumbuhan tanaman memerlukan curah hujan ideal sekitar 85-200 mm/bulan dan harus merata. Pada fase pembungaan dan pengisian biji tanaman jagung perlu mendapatkan cukup air. Sebaiknya jagung ditanam diawal musim hujan, dan menjelang musimkemarau. 

3. Pertumbuhan tanaman jagung sangat membutuhkan sinar matahari. Tanaman jagung yang ternaungi, pertumbuhannya akan terhambat/merana dan memberikan biji yang kurang baik bahkan tidak dapat membentuk buah. 

4. Suhu yang dikehendaki tanaman jagung antara 21-34 derajat C, akan tetapi bagi pertumbuhan tanaman yang ideal memerlukan suhu optimum antara 23-27 dserajat C. Pada proses perkecambahan benih jagung memerlukan suhu yang cocok sekitar 30 derajat C. 

5. Saat panen jagung yang jatuh pada musim kemarau akan lebih baik dari pada musim hujan, karena berpengaruh terhadap waktu pemasakan biji dan pengeringan hasil. 

2. MEDIA TANAM 

1. Jagung tidak memerlukan persyaratan tanah yang khusus. Agar supaya dapat tumbuh optimum tanah harus gembur, subur dan kaya humus. 

2. Jenis tanah yang dapat ditanami jagung antara lain andosol, latosol, grumosol, tanah berpasir. Pada tanah-tanah dengan tekstur berat masih dapat ditanami jagung dengan hasil yang baik dengan pengolahan tanah secara baik. Sedangkan untuk tanah dengan tekstur lempung/liat berdebu adalah yang terbaik untuk pertumbuhan. 

3. Keasaman tanah erat hubungannya dengan ketersediaan unsur-unsur hara tanaman. Keasaman tanah yang baik bagi pertumbuhan tanaman jagung adalah antara 5,6-7,5. 

4. Tanaman jagung membutuhkan tanah dengan aerasi dan ketersediaan air dalam kondisi baik. 

5. Tanah dengan kemiringan kurang dari 8% dapat ditanami jagung, karena disana kemungkinan terjadi erosi tanah sangat kecil. Sedangkan daerah dengan tingkat kemiringan lebih dari 8%, sebaiknya dilakukan pembentukan teras terlebih dahulu. 

3. KETINGGIAN TEMPAT 

Jagung dapat ditanam di Indonesia dari dataran rendah sampai di daerah pegunungan yang memiliki ketinggian antara 1000-1800 m dpl. Daerah dengan ketinggian optimum antara 0-600 m dpl merupakan ketinggian yang baik bagi pertumbuhan tanaman jagung. 

II. TEKNIK BERCOCOK TANAM 

1. PERSIAPAN 

Tanaman jagung memerlukan aerasi dan drainase yang baik sehingga perlu penggemburan tanah. Pada umumnya persiapan lahan untuk tanaman jagung dilakukan dengan cara dibajak sedalam 15-20 cm, diikuti dengan penggaruan tanah sampai rata. 

Ketika mempersiapkan lahan, sebaiknya tanah jangan terlampau basah tetapi cukup lembab sehingga mudah dikerjakan dan tidak lengket. Untuk jenis tanah berat dengan kelebihan, perlu dibuatkan saluran drainase. 

2. PENANAMAN 

Pada saat penanaman tanah harus cukup lembab tetapi tidak becek. Jarak tanaman harus diusahakan teratur agar ruang tumbuh tanaman seragam dan pemeliharaan tanaman mudah. Beberapa varietas mempunyai populasi optimum yang berbeda. Populasi optimum dari beberapa varietas yang telah beredar dipasaran sekitar 50.000 tanaman/ha Jagung dapat ditanam dengan menggunakan jarak tanam 100 cm x 40 cm dengan dua tanaman perlubang atau 100 cm x 20 cm dengan satu tanaman perlubang atau 75 cm x 25 cm dengan satu tanaman perlubang. Lubang dibuat sedalam 3-5 cm menggunkan tugal, setiap lubang diisi 2-3 biji jagung kemudian lubang ditutup dengan tanah. 

3. PEMUPUKAN 
  • Dari semua unsur hara yang diperlukan tanaman yang paling banyak diserap tanaman adalah unsur Nitrogen (N), fosfor (P) dan kalium (K). 
  • Nitrogen dibutuhkan tanaman jagung selama masa pertumbuhan sampai pematangan biji. Tanaman ini menghendaki tersedianya nitrogen secara terus menerus pada semua stadia pertumbuhan sampai pembentukan biji. Kekurangan nitrogen dalam tanaman walaupun pada stadia permulaan akan menurunkan hasil. 
  • Tanaman jagung membutuhkan pasokan unsur P sampai stadia lanjut, khususnya saat tanaman masih muda. Gejala kekurangan fosfat akan terlihat sebelum tanaman setinggi lutut. 
  • Sejumlah besar kalium diambil tanaman sejak tanaman setinggi lutut sampai selesai pembungaan. 
4. PEMELIHARAAN 

Tindakan pemeliharaan yang dilakukan antara lain penyulaman, penjarangan, penyiangan, pembubuan dan pemangkasan daun. Penyulaman dapat dilakukan dengan penyulaman bibit sekitar 1 minggu. Penjarangan tanaman dilakukan 2-3 minggu setelah tanam. Tanaman yang sehat dan tegap terus di pelihara sehingga diperoleh populasi tanaman yang diinginkan. 

Penurunan hasil yang disebabkan oleh persaingan gulma sangat beragam sesuai dengan jenis tanaman, jenis lahan, populasi dan jenis gulma serta faktor budidaya lainnya. Periode kritis persaingan tanaman dan gulma terjadi sejak tanam sampai seperempat atau sepertiga dari daur hidup tanaman tersebut. 

Agar tidak merugi, lahan jagung harus bebas dari gulma. Penyiangan dilakukan pada umur 15 hari setelah tanam dan harus dijaga jangan sampai menganggu atau merusak akar tanaman. Penyiangan kedua dilakukan sekaligus dengan pembubuan pada waktu pemupukan kedua. Pembubuan selain untuk memperkokoh batang juga untuk memperbaiki drainase dan mempermudah pengairan. 

Tindakan pemeliharaan lainnya yaitu pemangkasan daun.Daun jagung segar dapat digunakan sebagai makanan ternak. Dari hasil penelitian pemangkasan seluruh daun pada fase kemasakan tidak menurunkan hasil secara nyata karena pada fase itu biji telah terisi penuh. 

5. PENGAIRAN 

Air sangat diperlukan pada saat penanaman, pembungaan (45-55 hari sesudah tanam) dan pengisian biji (60-80 hari setelah tanam). Pada masa pertumbuhan kebutuhan airnya tidak begitu tinggi dibandingkan dengan waktu berbunga yang membutuhkan air terbanyak. Pada masa berbunga ini waktu hujan pendek diselingi dengan matahari jauh lebih baik dari pada huja terus menerus. 

Pengairan sangat penting untuk mencegah tanaman jagung agar tidak layu. Pengairan yang terlambat mengakibatkan daun layu. Daerah dengan curah hujan yang tinggi, pengairan melalui air hujan dapat mencukupi. Pengairan juga dapat dilakukan dengan mengalirkan air melalui parit diantara barisan jagung atau menggunakan pompa air bila kesulitan air. 

6. PENYAKIT DAN HAMA 

Tanaman jagung terdiri atas akar, batang, daun, bunga dan biji. Beberapa jenis hama dan penyakit tanaman jagung yang sering merusak dan menggangu pertumbuhan jagung dan mempengaruhi produktivitas antara lain : 
  • Hama tanaman jagung, macam-macamnya : hama lundi, lalat bibit, ulat tanah, ulat daun, penggerek batang, ulat tentara, ulat tongkol.
  • Penyakit tanaman jagung, macam-macamnya : bulai, cendawan, bercak ungu, karat.
Sebelum terjadinya serangan hama dan penyakit pada tanaman jagung tersebut maka dapat dilaksanakan langkah-langkah pencegahan dengan cara: 
  • Penggunaan varietas bibit yang resisten 
  • Penggunaan teknik-teknik agronomi 
  • Penggunaan desinfektan pada benih yang akan ditanam 
  • Pemeliharaan dan pemanfaatan musuh-musuh alami 
7. PANEN 

Waktu panen jagung di pengaruhi oleh jenis varietas yang ditanam, ketinggian lahan, cuaca dan derajat masak. Umur panen jagung umumnya sudah cukup masak dan siap dipanen pada umur 7 minggu setelah berbunga. 

Pemanenan dilakukan apabila jagung cukup tua yaitu bila kulit jagung sudah kuning. Pemeriksaan dikebun dapat dilakukan dengan menekankan kuku ibu jari pada bijinya, bila tidak membekas jagung dapat segera dipanen. 

Jagung yang dipanen prematur butirannya keriput dan setelah dikeringkan akan menghasilkan butir pecah atau butirnya rusak setelah proses pemipilan. Apabila dipanen lewat waktunya juga akan banyak butiran jagung yang rusak. Pemanenan sebaiknya dilakukan saat tidak turun hujan sehingga pengeringan dapat segera dilakukan. Umumya jagung dipanen dalam keadaan tongkol berkelobot (berkulit). 

8. PASCA PANEN 

Penanganan pasca panen bisa dengan cara pengeringan, pada umumnya dilakukan dengan menghamparkan jagung dibawah terik matahari menggunakan alas tikar atau terpal. Pada waktu cerah penjemuran dapat dilakukan selama 3-4 hari. Dapat juga menggunakan mesin grain dryer. Kemudian jagung dipipil, agar segera dijemur kembali sampai kering konstan (kadar air kurang lebih 12%) agar dapat disimpan lama, biasanya memerlukan waktu penjemuran 60 jam sinar matahari. 

Pengolahan jagung ada 2 macam yaitu : 

1. Pengolahan basah (wet process), adalah pengolahan jagung yang dilakukan dengan merendam jagung terlebih dahulu di dalam air sehingga menghancurkannya lebih mudah, dan setelah itu dikeringkan. 

2. Pengolahan kering (dry process), adalah pengolahan secara kering tanpa perendaman, biasanya menghancurkannya lebih sukar dibandingkan dengan cara basah. 

Penanganan pasca panen jagung adalah semua kegiatan yang dilakukan sejak jagung dipanen sampai dipasarkan kepada konsumen, kegiatannya meliputi : pemanenan,pengangkutan, pengeringan, penundaan, perontokan dan penyimpanan. Kegiatan penanganan pasca panen pada umumnya dilakukan oleh petani, kelompok tani, koperasi dan para pedagang pengumpul serta didukung oleh berbagai lembaga dalam masyarakat dalam satu kesatuan, maka disebut dengan istilah Sistem Penanganan Pasca 

Panen. 

Cara penanganan panen dan pasca panen yang kurang baik akan memberikan dampak yang buruk terhadap mutu jagung, apabila mutu jagung menurun, maka harga jual menurun dan pendapatan petani menjadi lebih rendah. Faktor-faktor lain yang ikut mempengaruhi baik buruknya mutu jagung adalah adanya jamur dan cendawan yang ditandai dengan warna kehitam-hitaman, kehijau-hijauan atau putih pada buah jagung. Salah satu diantara jamur tersebut adalah Aspergilis sp yang menghasilkan racun aslatoksin dan berbahaya bagi manusia maupun ternak lainnya, jamur tersebut dapat dimatikan dengan pemanasan tetapi racunnya tidak dapat ditangkal dengan pemanasan.
Read More

Tuesday, 9 January 2018

Muhamad Bagas Satriajaya
SISTEM AKUAKULTUR MULTITROFIK TERPADU :
"Solusi Terkini Sistem Akuakultur Ramah Lingkungan dan Berkelanjutan"


Ketika membaca The State of World Fisheries and Aquaculture yang dirilis oleh FAO (2012) kembali mengejutkan saya. Pada alinea awal, sub bab aquaculture, halaman 24 tertulis jelas bahwa " aquaculture has also evolved in terms of technological innovation and adaptation to meet changing requirement". Pernyataan ini menunjuk jelas terhadap kebutuhan produk-produk akuatik sebagai sumber protein utama bagi penduduk dunia. Namun demikian, sangat kontradiktif jika dilihat bahwa lebih dari 60 % produk akuakultur dihasilkan dari kegiatan budidaya ikan skala kecil dan ekstensif. 

Di Indonesia, meskipun dikenal sebagai negara penghasil produk perikanan nomor 5 dunia, tetapi secara teknologi, tidak ada bedanya dengan kegiatan budidaya ikan di zaman Majapahit. Peningkatan produksi lebih dikarenakan oleh perluasan areal (ektensif) bukan karena sentuhan teknologi. Akibatnya, luas hutan mangrove yang dikonversi menjadi tambak semakin menghawatirkan, badan sungai dan danau tertutup karamba-karamba ikan, konflik sosial yang terjadi meningkat karena bersinggungan dengan sektor industri lain.

Gencarnya industrialisasi di daerah perkotaan semakin menggeser akuakultur ke pelosok. dampaknya, biaya operasional meningkat karena semakin jauh dari target pasar, terjadi pembengkakan pada biaya transportasi untuk suplai logistik, pakan, dan bibit serta hasil panen. Meskipun penempatan karamba ikan semakin jauh ke hulu sungai guna mendapatkan suplai air dengan kualitas baik, kegagalan panen akibat kematian massal masih juga menghantui, karena ternyata kegiatan industri, seperti pertambangan batu bara dan pembukaan lahan untuk perkebunan kelapa sawit justru telah lebih dahulu di daerah hulu yang sedikit banyak berkontribusi pada perubahan lingkungan sungai. 

Kekeruhan, peningkatan bahan organik, konsentrasi oksigen terlarut yang rendah, amoniak, nitrit, cemaran logam berat dan pestisida adalah beberapa parameter kualitas air yang menjadi isu utama penyebab kegagalan panen akuakultur berbasis open water ini.

Masa depan akuakultur bagi daerah dengan intensitas industri tinggi seperti Kalimantan Timur ini, mau tidak mau harus mulai di arahkan pada sistem akuakultur berbasis daratan (land-based aquaculture). Untuk itu, diperlukan inovasi teknologi terkait dengan sistem apa yang dapat diimplementasikan kepada masyarakat akuakultur yang semakin terjepit ini.
Sistem akuakultur multitrofik terpadu (Integrated Multi-Trophic Aquaculture, IMTA) adalah konsep teknologi akuakultur yang diharapkan bisa menjawab berbagai permasalahan di atas. IMTA mengedepankan sistem alami sehingga lebih ramah lingkungan dalam proses produksinya. Di mana, sistem IMTA melibatkan berbagai level trofik organisme menurut tatanan rantai makanan (food webs) yang terpadu di dalam satu sistem.
Gambar 1. Konfigurasi sistem IMTA yang dikembangkan di FPIK-Universitas Mulawarman

IMTA akan menghasilkan multi organisme (karnivora dan herbivora) sebagai produknya, meremediasi limbah secara otomatis karena melibatkan organisme heterotrofik dan fototrofik sebagai biofilter, sehingga meminimalkan buangan limbah nutriennya, bahkan lebih mengarah pada zero-waste discharge jika diaplikasikan pada sistem akuakultur resirkulasi. 
Berdasarkan pada hasil penelitian tahun 2012, sistem IMTA sebagaimana Gambar 1 di atas, dimana volume air 2,2 meter kubik, ukuran bak 2 x 1 meter, dan 8 buah talang air dengan panjang masing-masing 2 meter sebagai jalur biofilter, serta hanya menggunakan pompa 13 watt untuk mendorong sirkulasi air, telah  dapat menghasilkan 23,56 kg ikan betok; 36,85 kg ikan nila; 1,139 kg kangkung, 333,6 g kemangi, 217,6 g Sawi dan 789.533 individu cacing sutera.
sumber : Bapak Sumoharjo 
Read More